Bojonegoro salah satu penyumbang Migas terbesar di Indonesia. Di sana, banyak wisata edukatif penambangan minyak secara klasik maupun kontemporer. Indonesia memiliki beragam macam aneka sumber daya alam yang melimpah ruah. Salah satunya adalah minyak bumi. Kita tahu bahwasannya setiap hari kita membutuhkan minyak dalam aktivitas. Di Jawa Timur, ternyata ada loh Nabs, kabupaten yang menyumbang […]
Bojonegoro salah satu penyumbang Migas terbesar di Indonesia. Di sana, banyak wisata edukatif penambangan minyak secara klasik maupun kontemporer.
Indonesia memiliki beragam macam aneka sumber daya alam yang melimpah ruah. Salah satunya adalah minyak bumi. Kita tahu bahwasannya setiap hari kita membutuhkan minyak dalam aktivitas.
Iklan
Di Jawa Timur, ternyata ada loh Nabs, kabupaten yang menyumbang minyak di Indonesia, yakni Kabupaten Bojonegoro. Iya benar Bojonegoro yang terkenal dengan makanan ledre. Ternyata Bojonegoro merupakan kawasan eksplorasi dan eksploitasi migas.
Alasan mengapa Bojonegoro banyak pengeboran minyak ? Menurut data dari Pemkab Bojonegoro bahwa cadangan minyak pasti diperkiraan 25 persen ada di Daerah Bojonegoro.
Selain itu, Bojonegoro memiliki 4 Blok. Yakni Blok Cepu (Lapangan Banyu Urip dan Lapangan Kedung Keris yang dikelola ExxonMobil), Blok Tuban (Lapangan Sukowati yang dikelola Pertamina Asset IV), Blok Cepu (Lapangan Jambaran-Tiung Biru), Blok Blora (wilayah kerjanya meliputi Ngraho dan Margomulyo Bojonegoro), serta Blok Nona yang wilayah kerjanya meliputi wilayah Bojonegoro .
Pengambilan minyak di Bojonegoro ada 2 macam Nabs, yaitu secara kontemporer menggunakan teknologi di Migas Cepu dan secara klasik tradisional di wilayah Wonocolo Bojonegoro.
Hal ini dibedakan karena penggunaan alat, metode penjualan, hingga konsep distribusinya berbeda dengan cara-cara modern alias kontemporer.
Di Wonocolo masih banyak penambang yang menggunakan alat tradisional. Wonocolo merupakan kawasan perbukitan. Wilayah ini memiliki suhu yang amat panas dibandingkan wilayah lain yang berada di Bojonegoro.
Penambangan minyak klasik tradisional di Wonocolo, Kedewan, Bojonegoro.
Penambangan minyak di Wonocolo sejak dijajah Belanda. Kamu yang berkunjung di Wonocolo, jangan lupa mampir di rumah singgah dan museum Geopark yang tepatnya di pinggir jalan menuju pertambangan di Wonocolo.
Kamu di sana dapat melihat berbagai macam foto kenangan dari awal mula sejarah penambangan dimulai oleh Belanda dan prosesnya. Harga tarifnya, dulu saya kesana 5 ribu perorang. Cocok sekali Nabs buat berwisata sambil belajar sejarah.
Jika kamu ingin melihat penambangan tradisional langsung cus saja. Di sana petunjuk jalan terpapar di pinggir jalan jadi tidak takut untuk kesasar. Jalannya sudah diaspal cukup baik.
Setelah sampai di Pertambangan kalian diperbolehkan untuk melihat langsung prosesnya. Namun, sebelumnya untuk iji. Terlebih dahulu pada memilik sumur- sumur atau pekerjanya.
Kepemilikan tambang tradisional dimiliki oleh orang setempat yang mengelola. Mimin pernah mewawancarai salah satu pemiliknya ternyata sehari dapat memperoleh minyak ratusan liter.
Sumur galian dan menara dari kayu berjejer. Kamu akan mendapati suara deasel yang digunakan untuk proses pembuatan. Selain itu pengunjung akan mendapat kepulan asap.
Jadi, saran aku nih Nabs, kalau kamu ingin melihat pengelolaan minyak secara klasik dan berkunjung ke Wonocolo, jangan lupa bawa masker dan baju panjang. Hal ini karena di sana sangat panas sekali cuacanya.
Namun jika kamu ingin berkunjung ke pengelolaan minyak kontemporer alias Migas, harus ngurus ijin yang lebih rumit. Sebab, ia perusahaan besar yang memiliki peraturan sangat ketat.
Jadi jika ingin melihat proses pembuatan minyak yang nggak ribet ngurus izinnya, saran aku, kamu bisa berkunjung di Wonocolo. Tepatnya di Wonocolo Kecamatan Kedewan Bojonegoro.
Link Back URL Partner Melihat Pengolahan Minyak Klasik dan Kontemporer di Kota Bojonegoro