Sedikitnya 911 spesies rumput laut (Seaweed) dan 350 teripang (Holothuria) yang telah teridentifikasi di perairan Indonesia.
Darilaut – Sedikitnya 911 spesies rumput laut (Seaweed) dan 350 teripang (Holothuria) yang telah teridentifikasi di perairan Indonesia.
Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ratih Pangestuti, mengatakan, kurang lebih 911 spesies rumput laut telah diidentifikasi di Indonesia.
Iklan
Namun, kata Ratih, hanya beberapa spesies rumput laut saja yang diolah menjadi makanan. Terutama digunakan pada sektor fikokoloid.
Rumput laut dihidangkan dalam bentuk makanan tradisional di Indonesia seperti pecel latoh, urap latoh, rujak bulung, lawar rumput laut, dan lain-lain.
Hal ini berbeda dengan negara-negara di Asia Timur yang mana rumput laut adalah bagian yang tak terpisahkan dari hidangan mereka, sehingga sangat mudah ditemukan di berbagai tempat makan.
Ratih bersama kelompok risetnya saat ini sedang mengembangkan dan membudidayakan rumput laut berbasis bioplastik menggunakan jenis rumput laut Gracilaria sp.
Menurut Ratih, rumput laut juga memiliki potensi manfaat kesehatan. Rumput laut kaya akan bahan-bahan bioaktif seperti polysaccharides, asam lemak, metabolit sekunder, dan lain-lain.
Kandungan rumput laut yaitu Sodium oligomannate diidentifikasi dapat menjadi obat penyakit Alzheimer berdasarkan penelitian di Tiongkok.
“Iota karagenan, polisakarida sulfat dari rumput laut merah juga teridentifikasi dapat menghambat pertumbuhan virus Covid-19,” ujarnya.
Teripang
Selain rumput laut, Ratih menjelaskan mengenai teripang yang merupakan sumber pangan laut yang terdiri dari 1.716 spesies dengan populasi tertinggi berada di Asia Pasifik.
Indonesia merupakan eksportir tertua dan terbesar teripang di dunia. Terdapat 350 teripang yang teridentifikasi ada di Indonesia, 26 di antaranya memiliki nilai ekonomi.
Kandungan teripang terdiri dari asam amino, kolagen, omega tiga dan enam, mineral esensial, dan lain-lain.
Dalam proses pasca panen menjadi tantangan tersendiri dalam pemanfaatan budidaya teripang, agar tidak terjadi kerugian.
“Lima hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses pasca panen teripang yakni membersihkan lapisan kapur, mendidihkan, membersihkan jeroan, mengasinkan, dan mengeringkan,” kata Ratih.
Selain itu, menurut Ratih, tantangan dalam budidaya teripang adalah pengemasannya agar tidak rusak.
Untuk itu Ratih dan tim sedang mengembangkan pengemasan teripang dalam bentuk kering.
Selain itu, diperlukan sebuah budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan menggunakan Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA).
“IMTA menggabungkan teknologi budidaya polikultur yang dapat memberikan produktivitas yang lebih baik, ramah lingkungan, dan dapat meningkatkan penghasilan petani,” kata Ratih.
Jika dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan, kata Ratih, lautan dan sumber daya yang ada di dalamnya dapat menjadi solusi berbagai permasalahan khususnya bidang pangan.
**
Link Back URL Partner 911 Spesies Rumput Laut dan 350 Teripang Telah Diidentifikasi di Indonesia