Scroll Untuk Melanjutkan

TNI Sebut Perkampungan Warga di Distrik Suru-Suru Papua Kini Tidak Berpenghuni

Jubi.co.id
2022-10-13 10:12:40
Prajurit Batalion Infanteri R 600 Modang saat tiba di Distrik Suru-Suru-jubi
Iklan

Komandan Batalion Infanteri R 600/Modang, Letnan Kolonel Inf Hanif Arridho menyebut pusat permukiman warga di Distrik Suru-Suru, Kabupaten Yahukimo, kini tidak berpenghuni. Masyarakat setempat dikabarkan telah mengungsi pasca eskalasi konflik bersenjata antara pasukan TNI dan kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB di Distrik Suru-suru.

Iklan

Jayapura, Jubi – Komandan Batalion Infanteri R 600/Modang, Letnan Kolonel Inf Hanif Arridho menyebut pusat permukiman warga di Distrik Suru-Suru, Kabupaten Yahukimo, kini tidak berpenghuni. Masyarakat setempat dikabarkan telah mengungsi pasca eskalasi konflik bersenjata antara pasukan TNI dan kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB di Distrik Suru-suru.

“Anggota Batalion Infanteri R 600/Modang dikagetkan dengan tak berpenghuninya Distrik Suru-suru. Terakhir aksi teror terjadi pada November 2021,” kata Hanif Arridho melalui sambungan telepon dari Jayapura, Rabu (12/10/2022).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hanif menyatakan sejak Batalion Infanteri R 600/Modang dari Komando Daerah Militer VI/Mulawarman di Kalimantan diperbantukan ke Papua pada Juni 2022, pihaknya telah menaruh perhatian terhadap kondisi Distrik Suru-suru. Menurutnya, Bupati Yahukimo juga telah memberitahu bahwa perkampungan dan permukiman warga di Distrik Suru-suru telah ditinggalkan warganya.

“Kemarin kami bisa mendarat di sana, [di Suru-Suru]. Di sana kami kaget karena apa yang disampaikan media dan kepala daerah ternyata benar, tak ada satu orang pun warga di sana,” ujarnya.

Komandan Distrik Militer 1715/Yahukimo, Letkol Inf JV Tethool membenarkan hal tesebut. Menurutnya, pasca eskalasi konflik bersenjata di sana, warga berbondong-bondong meninggalkan perkampungan karena merasa takut.

Menurut Tethool, warga setempat masih berada di wilayah tersebut. Hanya saja, mereka tidak lagi mendiami kampung yang mereka bangun, melainkan memilih tinggal di dalam hutan.

“Pemerintah daerah setempat bersama TNI selalu berupaya mengajak mereka kembali hidup seperti biasa di kampung. Hanya saja isu teror sangat kencang mempengaruhi warga, sehingga muncul rasa ketakutan yang berlebihan,” ujarnya.

Pada 3 Februari 2022, anggota Kelompok Kerja Perempuan, Majelis Rakyat Papua, Sarah Ita Wahla menjelaskan sudut pandang yang berbeda terkait eskalasi konflik bersenjata di Suru-suru. Menurutnya, konflik bersenjata bersenjata di Kabupaten Yahukimo adalah hal baru, karena dahulu tidak ada aktivitas TPNPB di sana. Menurut Wahla, TPNPB justru baru hadir di Yahukimo setelah aparat TNI/Polri di sana bertambah banyak, dan perdagangan senjata api marak di sana.

“Di Yahukimo, [dulu] tidak ada TPN-OPM di sana. [Namun sekarang mereka] ada [di] tiga tempat di Yahukimo—di Suru-suru, Siridala, dan Jalan Gunung. Semua bermula karena kasus pembunuhan [warga bernama] Yalak,” kata Wahla.

Wahla menyatakan kehadiran TNI/Polri justru mengganggu warga Yahukimo, karena membuat warga tidak bisa beraktivitas seperti biasanya. “Kemarin ada sekolah mereka jadikan tempat [pos aparat keamanan] di Yahukimo. [Padahal] itu tempat yang aman. Yahukimo itu dibuka oleh misionaris, bukan pemerintah yang buka tempat itu,” kata Wahla.

Ia menyatakan dahulu orang asli Papua di Yahukimo hidup dengan aman dan damai. Akan tetapi, jumlah anggota TNI dan Polri di Yahukimo semakin bertambah, dan hal itu justru membuat warga merasa tidak aman. “Yang menciptakan [label] orang Papua itu teroris, OPM, [atau] separatis itu justru TNI/Polri,” jelasnya.

 

jubi.co.id

Link Back URL Partner TNI Sebut Perkampungan Warga di Distrik Suru-Suru Papua Kini Tidak Berpenghuni

Iklan
#


Berita Menarik Lainnya