Pada akhir Juli 2022, benda antariksa Republik Rakyat Tiongkok (RRT) jatuh di Desa Pendagang, Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Sebelumnya, beberapa sampah antariksa pernah jatuh di wilayah Indonesia. Salah satunya sampah antariksa milik Rusia yang jatuh di Gorontalo pada tahun 1981.
Darilaut – Beberapa sampah antariksa pernah jatuh di wilayah Indonesia. Salah satunya sampah antariksa milik Rusia yang jatuh di Gorontalo pada tahun 1981.
Wilayah lain di Lampung juga sampah antariksa milik Rusia tahun 1988. Kemudian, tahun 2004 di Bengkulu milik RRT.
Selanjutnya, pada tahun 2016 sampah antariksa milik Amerika jatuh di Sumenep Madura, di Sumatera Barat milik RRT tahun 2017 dan belum lama ini di Kalimantan Barat milik RRT tahun 2022.
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Pusat Riset Antariksa – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin Thomas, mengatakan, kasus sampah antariksa yang jatuh di Sanggau, Kalimantan Barat akhir Juli 2022 lalu itu sekitar satu jam sebelumnya prakiraan re-entry di Samudera Hindia.
Hal ini dijelaskan Thomas saat Dialog Obrolan Fakta Ilmiah Populer dalam Sains Antariksa yang dipandu Muhtar Gunawan, Senin (29/8).
Untuk jatuh ke permukaan bumi melintas mulai dari Sumatera bagian selatan, Bangka Belitung, sampai Kalimantan Barat, bisa jadi pecahan 20 ton itu tersebar.
Video yang di laporkan di Serawak hanya teramati saja begitu juga di Lampung. Ada kemungkinan pecahan lainnya jatuh di hutan atau laut. Jika sampah antariksa itu tidak menggunakan bahan bakar nuklir maka tidak akan ada indikasi radiasi.
Sampah antariksa yang jatuh itu merupakan tanggung jawab pemiliknya. Ketika sampah antariksa jatuh di negara lain, maka ini akan melibatkan dua negara (negara pemilik sampah antariksa dan negara yang dirugikan.
Tetapi itu untuk kasus yang besar. Sebagai contoh kasus sampah antariksa yang jatuh di Kanada.
Negara pemilik dapat dituntut oleh negara yang mengalami kerugian (menurut Hukum Internasional). Pemilik sampah antariksa bisa diketahui karena sudah ada katalognya dan dari analisis lintasan orbitnya.
Menurut Thomas, perlu disadari teknologi antariksa pasti meninggalkan sampahnya di antariksa. Di forum PBB saat ini sedang dibahas upaya mengurangi sampah antariksa.
“Kemungkinan jatuhnya sampah antariksa di wilayah berpenghuni itu jarang sekali karena Bumi sangat luas dan sebagian besar tidak berpenghuni, seperti lautan, hutan, dan gurun,” ujar Thomas.
“Masyarakat tidak perlu khawatir kejatuhan sampah antariksa.”
Sebelumnya, akhir Juli 2022, benda antariksa Republik Rakyat Tiongkok (RRT) jatuh di Desa Pendagang, Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Serpihan roket Long March 5B (CZ-5B) itu milik China National Space Administration (CNSA), Badan Administrasi Antariksa Tiongkok.
Pada Minggu (31/7), telah ditemukan serpihan roket oleh warga bernama Yulius di lahannya di Desa Pengadang.
Hasil pemeriksaan, serpihan yang pertama memiliki panjang ukuran 4,78 meter, lebar 1,80 meter dengan ketebalan dua sisi yaitu sisi pertama 0,9 milimeter dan sisi kedua 0,4 milimeter dengan berat diperkirakan 200 kilogram.
Serpihan kedua ditemukan Jhon warga Desa Kenaman pada hari yang sama. Serpihan kedua memiliki diameter 124 sentimeter X 190 sentimeter dengan ketebalan besi 4 milimeter.
**
Link Back URL Partner Tahun 1981 Sampah Antariksa Rusia Pernah Jatuh di Gorontalo