

BACA JUGA
- Rajanya Ditangkap, Istana Keraton Agung Sejagat Disegel Polisi
- Raja Keraton Agung Sejagat Ternyata Masih Ngontrak Rumah di Godean
- Adik Ipar Jokowi Maju Jadi Calon Bupati Gunungkidul
- Kekuasaannya Meliputi Seluruh Dunia, Keraton Agung Sejagat Siap Menyambut Kembalinya Sri Maharatu Jawa
- UGM Berhasil Kembangkan Sapi Gama Gagah dan Macho, Blasteran Tiga Jenis Sapi Unggul
YOGYA, KRJOGJA.com - Gamelan Kyai-Nyai Riris Manis yang merupakan peninggalan Sri Sultan HB VI, tidak hanya kuno dan klasik dari sisi usia. Produk budaya yang saat ini menjadi koleksi Museum Sonobudoyo Yogyakarta (MSB) tersebut, juga diyakini 'wingit'.
Bahkan kini, gamelan tersebut justru makin membuat penasaran pengunjung. Misalnya saja, ketika ada orang berdiri di depan gendang, tanpa ada yang menabuh gendang tersebut bisa bunyi sendiri.
BACA: Berawal dari Sering Nonton Wayang Kulit, Bule Jerman Ini Inovasikan Gamelan
Begitu juga ketika berdiri tepat di depan gong, bonang atau komponen lainnya, tiba-tiba bisa berbunyi sendiri. Hal itulah yang membuat pengunjung penasaran dan kian tertarik mengunjungi MSB.
"Kami tempatkan sensor di depan perangkat gamelan tersebut. Ketika ada sesuatu atau orang berada tepat di depan sensor, akan mengirimkan sinyal ke CPU yang memerintahkan bunyi sesuai sensor yang menyala," ungkap Kepala Seksi Bimbingan Informasi dan Preparasi Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Budi Husada kepada KR, belum lama ini.
Konsep tersebut menurut Budi merupakan salah satu inovasi baru yang disajikan MSB Yogyakarta.
Saat ini MSB memang sedang getol melakukan inovasi guna mendukung keberadaan koleksi yang sangat penting diketahui masyarakat. "Inovasi sangat penting. Apalagi dikaitkan dengan globalisasi saat ini," sebut Budi.
BACA: Suguhkan Grup Amatir dan Profesional, SGF Tepis Mindset Kekunoan
Sementara Kepala Seksi Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY Wismarini mengakui inovasi teknologi penting untuk mengembangkan museum. Namun demikian ia menyebut ada kalanya menghadirkan koleksi sesuai aslinya juga penting untuk mengetahui nilai sebenarnya dari koleksi.
"Konsep digitalisasi tidak harus dilakukan untuk semua koleksi. Sebab ada koleksi yang justru memiliki makna penting ketika disajikan sebagaimana mestinya," ucapnya. (Feb)